29 Juli, 2016

Kisah Sukses Mahasiswa PPL; Ujian Bawah Dadu, dan Main Sulap


Perkenalkan mahasiswa PPL di SMK Negeri 1 Percut Sei Tuan
Pratek Pengalaman Lapangan (PPL) merupakan waktu yang sanga ditunggu-tunggu khususnya bagi mahasiswa/I yang bernaung di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP).
Kini,  memasuki semester VII, seluruh mahasiswa FKIP UMSU berkumpul di bawah terik mentari yang begitu panas. Mereka calon guru yang cantik dan ganteng (sebutan bu Winarti) Sekretaris Prodi Bahasa Indonesia menunggu pemberangkatan menuju ke sekolah sebagai tempat PPL.
Ada beberapa catatan yang patut menjadi perhatian bagi calon guru yang akan terjun ke lapangan.
Tahun 2015, saya berkesempatan membawa calon mahasiswa ke SMK Negeri 1 Percut Sei Tuan di Jalan Kolam. Bersebelahan dengan Kampus Universitas Medan Area (UMA).

Sambutan yang dilakukan sangat baik. Ada yang patut ditiru bagi sekolah lain. Pihak sekolah membuat acara sederhana. Ibarat ‘acara pernikahan’, ada serah terima. Acara penyambutan yang sederhana tersebut bertujuan mengakrabkan calon mahasiswa yang akan PPL dengan pihak sekolah dan guru pamong. Satu per satu calon mahasiswa diminta berdiri dan dikenal dengan guru pamong mereka. 
****
Kalau kita mengutip pernyataan Andrea Hirata; penulis Laskar Pelangi dalam buku Awy A Qolawun berjudul ‘Rasullah SAW; Guru yang palig kreatif, inovatif, dan sukses mengajar’ menjelaskan, Tipikal ‘guru’ yang sesungguhnya seperti dalam lingua asalnya, India, yaitu orang yang tak hanya menstranfer sebuah pelajaran, tapi juga yang secara pribadi menjadi sahabat dan pembimbing spiritual bagi muridnya’. Maka, sebaiknya guru PPL mampu mewujudkan bukan hanya tranfer pelajaran tetapi juga mampu menjadi sahbat dan pembimbing siswa. Walaupun sekadar guru PPL.
Dosen Pembimbing, Muhammad Arifin, MPd dan Mahasiswa Peserta PPL di SMK N 1 Percut Sei Tuan Tahun 2015
Dalam tulisan ini saya juga menggambarkan bagaimana pelaksanaan ujian PPL. Pengalaman dari para mahasiswa yang terlebih dahulu telah melaksanaan PPL akan dituangkan dalam tulisan ini.
Tepatnya, 1 Agustus 2015, sebanyak 1374 mahasiswa FKIP UMSU dilepas mengikuti PPL. Ada sekitar 110 sekolah yang menjadi tempat PPL.
Dari 110 tempat PPL, saya mendapat amanah menjadi dosen pendamping atau sering disebut ‘doping’ di SMK Negeri 1 Percut Sei Tuan yang terletak sekitar 15 km dari Kampus Utama UMSU.
Usai pelepasan saya pun secepatnya berkoordinasi dengan Kepala SMK Negeri 1 Percut Sei Tuan, Kasni, MPd dan Wakasek Kurikulum, Selamat Ariadi. Gayung bersambut, pihak sekolah sangat ‘wellcome’. Apalagi, PPL bagi mahasiswa FKIP UMSU ini baru pertama sekali.
Keempatbelas nama  mahasiswa yang ikut PPL Mutiara Hafsari, Retno Arfahmi, Diah Arini, Meidina Br Sembiring dari Bahasa Inggris. Trisnawati Br Surbakti, Carolina Tambunan (Bahasa Indonesia). Aris Suhendra (PKn), Mahdalena Elmasari, Febriana Rahmadani, (Matematika). Putri Mei Cindi Rambe, Rina Zuprida, Erna Rahmadani, Devi Amalia Rahma (Pendidikan Akuntansi) dan Jenri Tanjung (Bimbingan Konseling).
Dipimpin Ketua Aris Suhendra pelaksanaan PPL berjalan lancar. Rasa tanggungjawab dalam melaksanakan tugas mulai dari jadwal ujiang , arsip RPP dan PPt tersimpan rapi. 
Humoris dan Lasak
Berdasarkan data ada 14 mahasiswa PPL, tetapi dalam tulisan ini hanya menggambarkan sebagian saja yang membuat saya berkesan. Meidina Br Sembiring. Mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa Inggris dikenal sebagai sosok yang humoris, penampilan yang enerjik dan tentunya parasnya juga cantik. Meidina memiliki segudang prestasi yang patut dibanggakan. Dia terpilih mewakili Indonesia dalam ajang pertemuan mahasiswa sedunia yang berbicarakan tentang keberagaman agama. 
Meidina saat mengajar, penuh kreatif. Selalu membuat catatan di papan tulis


 
Guru Pamong dan Dosen memberi aplaus atas penampilan Meidina Br Sembiring saat ujian PPL

Saat PPL, Meidina tergolong rajin. Meskipun tidak memiliki sepeda motor dan harus naik angkot dari rumah bibinya di kawasan Krakatau ke ke sekolah. Tetapi, hampir tidak pernah terlambat.
Saat ujian PPL, dia membawakan materi “Teks Lisan dan Tulisan untuk Menyatakan Harapand an Doa serta Responnya”.
Saat itu, saya bersama guru pamong Dra Hj Samsidar Tati Rosiana menyaksikan Meidina Br Sembiring tampil. Dalam penyampaian metode pelajaran menggunakan Discussion Method and Role Play dan media, alat dan sumber belajar menggunakan infocus, laptop, dan buku LKS, serta internet picture.
Satu yang membuat saya terkesan, selama praktek mengajar Meidina konsen menjalankan langkah-langkah kegiatan. Bahkan, dia tergolong guru yang ‘lasak’. Semua sudut kelas didatangi sehingga tidak ada siswa yang tertidur dalam kelas karena semua merespon dengan baik dan berinteraksi.
Meidina memiliki kelebihan, selalu menulis ucapan siswa. Papan tulis yang kosong menjadi berisi penuh dengan tulisan-tulisan bahasa Inggris untuk perbaikan. Ketika ada siswa yang salah mengucapkan atau menulis. Meidina tidak segan memperbaiki dan menunjukkan tulisan serta diikuti pengucapan vocal dengan benar.
Sesekali Meidina juga menyisipkan humor, sehingga semua siswa larut dalam pelajaran dan tak terasa bahwa siang itu merupakan pertemuan terakhir. Semua siswa sangat bergembira dan memberikan aplaus atas penampilan Meidina mengajar. Bahkan, Ibu Hj Samsidar Tati Rosiana ikut berfoto merasakan kegembiraan atas anak didiknya selama tiga bulan. Ibu Samsidar tidak lupa memberikan kritik dan saran khusus terkait materi sehingga ke depan bisa lebih baik.

Pembawa Dadu Besar
Seperti biasa, siswa bersiap-siap untuk mengikuti pelajaran. Tepat, Senin, 9 Novemebr 2015. Pada les pelajaran 1 dan 2 sekira pukul 08.35 WIB hingga 09.30 WIB. “Apa itu bu!” Semua siswa bertanya melihat tentangan yang dibawa guru PPL, Putri Mei Cindi Rambe.
Membawa dadu sebagai media pembelajaran metode NHT
“Untuk apa itu Bu?” Pertanyaan-pertanyaan itu terus dilontarkan menandakan rasa penasaran atas apa yang akan dilakukan.
Saat itu, memang calon guru biasanya ingin tampil sempurna, menyiapkan RPP dan menggunakan metode serta media pembelajaran. Kebiasaan-kebiasaan yang patut diberi apresiasi!.
Cindi yang akan mengajar mata pelajaran “Prakarya dan Kewirausahaan (Kerajinan) dengan materi pokok “Produk Kerajinan dan Bahan Lunan”. Saat itu, metode yang digunakan Ceramah, tanya jawab, demonstrasi, NHT (Number Head Together), dan Diskusi Kelompok.
Alat/Media pembelajaran, seperti laptop, papan tulis, spidol, contoh-contoh gambar hasil produk dan media PPt serta ‘dadu’. Dalam proses pembelajaran Cindy pun menjalankan kegiatan dengan baik.
Siswa dibagi dalam kelompok yang terdiri dari 4-5 orang dalam satu kelompok, setiap anggota kelompok diberi nomor identitas, guru mengocok dadu dan nomor dadu yang keluar maka setiap anggota dengan nomor dadu yang sama maju ke depan mengambil soal, guru memberikan batas waktu untuk siswa agar menjawab soal yang diberikan.
Saat melepar dadu inilah, siswa termotivasi. Mereka begitu antusias dan penuh semangat mengikuti pelajaran. Apalagi, Cindy juga rajin jalan-jalan, berinteraksi dengan siswa dan yang terpenting suara yang disampaikan cukup keras dan tegas.
Dari penampilan ujian yang memukai tersebut, walaupun pelajaran hampir 2 jam, saya sebagai doping dan siswa yang mengikuti pelajaran memberikan penilaian. Aplaus pun menggema seusai pertemuan terakhir tersebut. 

Sulap di Akhir Pelajaran
Tepat Rabu, 11 Nopember 2016, di les pelajaran 5 dan 6 pukul 10.30 WIB-11.50 WIB, saya menghadiri ujian PPL atas nama mahasiswa Erna Rahmadani.
Meski tergolong biasa, tetapi saya memberikan apresiasi atas kegiatannya dalam menutup pelajaran. Beda dari teman-teman yang lain saya menutup pelajaran. Apa yang beda?
Erna mengakhiri pembelajaran dengan bermain sulap sehingga memberi kesen kepada para peserta didik
Ternyata Erna tergolong pandai bermain trik sulap. Saat menutup pelajaran dirinya meminta siswa untuk membuat kesimpulan tentang materi yang dipelajari. Selanjutnya siswa yang bisa menyimpulkan dengan tepat diberi pujian dan hadiah.
Saat akan memberikan hadiah tersebutlah! Erna mencoba memberikan pilihan-pilihan kepada siswa. Mau kantong atas, kanan bawah kiri bawah.
Saat itu, antusias dan rasa penarasan siswa begitu tinggi! “Kanan saja”, “Kiri saja”. “Eeh, biasanya kiri ngak bagus,”begitu sejumlah siswa mempengaruhi kepada temannya yang diminta menebak.
Akhirnya, siswa yang berhasil menyimpulkan pelajaran dengan baik pun memilih kanton kanan bahwa. Erna pun member hadiah beruba ‘stipo’. Sementara, saat dia menunjukkan kantong sebelah kiri. Ada kira-kira uang Rp500.000. Spontan siswa pun berucap,” aduuuuh, sayang kali ah!”.

Anti Tidur di Pelajaran Terakhir
Hal yang paling dibenci guru biasanya mengajar di les-les terakhir pelajaran. Para siswa biasanya selalu sibuk meminta cepat pulang, alasannya perut sudah lapar dan kecapean. Tidak heran, sebagian siswa terkadang memilih tertidur di dalam kelas sembari menunggul bel berbunyi. Saya awalnya saat hendak menguji juga merasakan kantuk yang cukup luara biasa.
Tetapi, mahasiswa saya kali ini, Febriana Rahmadani yang ujian PPL pada les 7 dan 8. Sekira pukul 11.50 WIB hingga 13.10 WIB mampu merubah suasana. Kantuk pun hilang! Apa sih tipsnya?
Siang itu, Febriana Rahmadani membawakan materi pokok Matrik dengan topic Operasi Perkalian Dua Matrik dan sifat-sifatnya. 
Berinteraksi dengan siswa di pelajaran terakhir sangat perlu agar siswa bersemangat

Saat apersepsi. Febriana memberikan pertanyaan kepada peserta didik mengenai operasional perkalian pada matrik serta sifat-sifatnya dan peserta didik memberikan pendapat masing-masing. Cara bertanya yang tegas diikui dengan memberikan pertanyaan lain yang berkaitan dengan operasional perkalian pada matrik. Nah,  ketika siswa tidak mampu menjawab langsung dialihkan membuat calon siswa merasa deg-degan.
Dalam menjelaskan, Ferbriana juga tidak menjelaskan tuntas. Misalnya, saat menjelaskan Matri dapat digunakan, kalimat tersebut tidak dituntaskan. Tetapi, memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengucapkan, sehingga seluruh siswa yang awalnya mengantuk dan bermalas-malasan jadi ikut berinteraksi. Sesekali dirinya juga menjelaskan dengan suara tegas dan berjalan, sembari terus memantau pergerakan siswa.
Dalam menerapkan metode pembelajaran, digunakan metode ceramah, diskusi kelompok dan tanya jawab. Sementara model pembelajaran Snowball Throwing. Usai memberikan pencelasan dengan metode ceramah, Febriana membagi dalam beberapa kelompok dan masing-masing memanggil ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan guru kepada temannya.
Suasana kelas di akhir pelajaran terasa sangat hidup. Ketua kelompok dengan penuh semangat menjelaskan materi dari materi penjelasan yang diberikan guru. Agar kelompok diskusi berlangsung, Febriana mengunjungi setiap kelompok dan menanyakan apakah sudah clear atau ada yang ingin dipertanyakan.
Saat siswa tidak mengetahui dan bertanya, Febriana memberikan penjelasan dengan detail. Interaksi yang dibangun bersama siswa dengan ramah dengan pendekatan yang ramah membuat siswa merasa senang.
Di akhir diskusi, masing-masing kelompok diberi satu lembar kertas untuk menulis satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok. Nah, kemudian kertas yang berisi pertanyaan dibuat seperti boal dan dilempar dari satu kelompok ke kelompok lain.
Saat melempar ‘bola’ inilah. Guru memberi penjelasan, agar bola dipegang masing-masing. “Ingat jangan lempar ke saya!” ucapnya tegas mengantisipasi rasa jahil siswa. “Tidaklah bu,” ucap semua siswa.
Saat diberi kesempatan melempar, satu kelompok ke kelompok lain. Febriana sedikit mengisi humor. Saat ketua kelompok perumpuan melempar ke laki-laki dan ketua kelompok laki-laki menangkap dengan baik. “Wah, bagus kali menangkapnya ya!” Ucap Febriana dan siswa lain pun member respon tertawa.
Usai terjadi bola pertanyaan diterima. Guru pun member kesempatan untuk menjawab pertanyaan. Suasana kelas di akhir pelajaran tersebut benar-benar hidup. Guru pamong Dra Nelly Zahara Nasution pun member aplaus dan selamat. Febriana dinyatakan berhasil dan lulus dengan nilai yang sangat memuaskan.
Bahkan, saat memberikan sambutan perpisahan, Bu Nelly Zahara Nasution mengaku sangat senang dengan mahasiswa PPL dari FKIP UMSU. Antara lain, rajin dan melaksanakan tugas-tugas dengan baik.

Suasana perpisahan PPL FKIP 2015 dan Ketemu lagi di tahun 2016.
Kelebihan lain, calon guru mampu menerapkan metode dan model pembelajaran yang bagus dan diterapkan dengan tepat. “Saat ujian PPL. Ketika itu jam terakhir. Saya melihat para siswa sudah mulai loyo, kurang bersemangat untuk belajar, tetapi mahasiswa FKIP (Febriana) mampu melaksanakan pembelajaran dengan baik dan anak-anak yang tadinya tidak bersemangat belajar menjadi sangat bersemangat. Ini sangat bagi, anak-anak menjadi bangga dengan guru PPL,” pujinya. (Muhammad Arifin/Dosen FKIP UMSU)

Tidak ada komentar: