Perkenalkan mahasiswa PPL di SMK Negeri 1 Percut Sei Tuan |
Pratek Pengalaman Lapangan (PPL) merupakan waktu yang
sanga ditunggu-tunggu khususnya bagi mahasiswa/I yang bernaung di Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP).
Kini, memasuki semester VII, seluruh
mahasiswa FKIP UMSU berkumpul di bawah terik mentari yang begitu panas. Mereka
calon guru yang cantik dan ganteng (sebutan bu Winarti) Sekretaris Prodi Bahasa
Indonesia menunggu pemberangkatan menuju ke sekolah sebagai tempat PPL.
Ada beberapa catatan yang patut menjadi perhatian bagi
calon guru yang akan terjun ke lapangan.
Tahun 2015, saya berkesempatan membawa calon mahasiswa
ke SMK Negeri 1 Percut Sei Tuan di Jalan Kolam. Bersebelahan dengan Kampus
Universitas Medan Area (UMA).
Sambutan yang dilakukan sangat baik. Ada yang patut
ditiru bagi sekolah lain. Pihak sekolah membuat acara sederhana. Ibarat ‘acara
pernikahan’, ada serah terima. Acara penyambutan yang sederhana tersebut
bertujuan mengakrabkan calon mahasiswa yang akan PPL dengan pihak sekolah dan
guru pamong. Satu per satu calon mahasiswa diminta berdiri dan dikenal dengan guru pamong mereka.
****
Kalau kita mengutip pernyataan Andrea Hirata; penulis
Laskar Pelangi dalam buku Awy A Qolawun berjudul ‘Rasullah SAW; Guru yang palig
kreatif, inovatif, dan sukses mengajar’ menjelaskan, Tipikal ‘guru’ yang sesungguhnya seperti dalam lingua asalnya, India,
yaitu orang yang tak hanya menstranfer sebuah pelajaran, tapi juga yang secara
pribadi menjadi sahabat dan pembimbing spiritual bagi muridnya’. Maka, sebaiknya guru PPL mampu mewujudkan bukan hanya tranfer pelajaran tetapi juga mampu menjadi sahbat dan pembimbing siswa. Walaupun sekadar guru PPL.
Dosen Pembimbing, Muhammad Arifin, MPd dan Mahasiswa Peserta PPL di SMK N 1 Percut Sei Tuan Tahun 2015 |
Dalam tulisan ini saya juga menggambarkan bagaimana
pelaksanaan ujian PPL. Pengalaman dari para mahasiswa yang terlebih dahulu
telah melaksanaan PPL akan dituangkan dalam tulisan ini.
Tepatnya, 1 Agustus 2015, sebanyak 1374 mahasiswa FKIP
UMSU dilepas mengikuti PPL. Ada sekitar 110 sekolah yang menjadi tempat PPL.
Dari 110 tempat PPL, saya mendapat amanah menjadi
dosen pendamping atau sering disebut ‘doping’ di SMK Negeri 1 Percut Sei Tuan
yang terletak sekitar 15 km dari Kampus Utama UMSU.
Usai pelepasan saya pun secepatnya berkoordinasi
dengan Kepala SMK Negeri 1 Percut Sei Tuan, Kasni, MPd dan Wakasek Kurikulum,
Selamat Ariadi. Gayung bersambut, pihak sekolah sangat ‘wellcome’. Apalagi, PPL
bagi mahasiswa FKIP UMSU ini baru pertama sekali.
Keempatbelas nama
mahasiswa yang ikut PPL Mutiara Hafsari, Retno Arfahmi, Diah Arini,
Meidina Br Sembiring dari Bahasa Inggris. Trisnawati Br Surbakti, Carolina
Tambunan (Bahasa Indonesia). Aris Suhendra (PKn), Mahdalena Elmasari, Febriana
Rahmadani, (Matematika). Putri Mei Cindi Rambe, Rina Zuprida, Erna Rahmadani,
Devi Amalia Rahma (Pendidikan Akuntansi) dan Jenri Tanjung (Bimbingan
Konseling).
Dipimpin Ketua Aris Suhendra pelaksanaan PPL berjalan
lancar. Rasa tanggungjawab dalam melaksanakan tugas mulai dari jadwal ujiang ,
arsip RPP dan PPt tersimpan rapi.
Humoris dan Lasak
Berdasarkan data ada 14 mahasiswa PPL, tetapi dalam
tulisan ini hanya menggambarkan sebagian saja yang membuat saya berkesan.
Meidina Br Sembiring. Mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa Inggris dikenal
sebagai sosok yang humoris, penampilan yang enerjik dan tentunya parasnya juga cantik.
Meidina memiliki segudang prestasi yang patut dibanggakan. Dia terpilih
mewakili Indonesia dalam ajang pertemuan mahasiswa sedunia yang berbicarakan
tentang keberagaman agama.
Meidina saat mengajar, penuh kreatif. Selalu membuat catatan di papan tulis |
Saat PPL, Meidina tergolong rajin. Meskipun tidak
memiliki sepeda motor dan harus naik angkot dari rumah bibinya di kawasan Krakatau ke ke sekolah. Tetapi, hampir tidak pernah terlambat.
Saat ujian PPL, dia membawakan materi “Teks Lisan dan
Tulisan untuk Menyatakan Harapand an Doa serta Responnya”.
Saat itu, saya bersama guru pamong Dra Hj Samsidar
Tati Rosiana menyaksikan Meidina Br Sembiring tampil. Dalam penyampaian metode
pelajaran menggunakan Discussion Method and Role Play dan media, alat dan
sumber belajar menggunakan infocus, laptop, dan buku LKS, serta internet
picture.
Satu yang membuat saya terkesan, selama praktek
mengajar Meidina konsen menjalankan langkah-langkah kegiatan. Bahkan, dia
tergolong guru yang ‘lasak’. Semua sudut kelas didatangi sehingga tidak ada
siswa yang tertidur dalam kelas karena semua merespon dengan baik dan berinteraksi.
Meidina memiliki kelebihan, selalu menulis ucapan
siswa. Papan tulis yang kosong menjadi berisi penuh dengan tulisan-tulisan
bahasa Inggris untuk perbaikan. Ketika ada siswa yang salah mengucapkan
atau menulis. Meidina tidak segan memperbaiki dan menunjukkan tulisan serta
diikuti pengucapan vocal dengan benar.
Sesekali Meidina juga menyisipkan humor, sehingga
semua siswa larut dalam pelajaran dan tak terasa bahwa siang itu merupakan
pertemuan terakhir. Semua siswa sangat bergembira dan memberikan aplaus atas
penampilan Meidina mengajar. Bahkan, Ibu Hj Samsidar Tati Rosiana ikut berfoto
merasakan kegembiraan atas anak didiknya selama tiga bulan. Ibu Samsidar tidak
lupa memberikan kritik dan saran khusus terkait materi sehingga ke depan bisa
lebih baik.
Pembawa Dadu Besar
Seperti biasa, siswa bersiap-siap untuk mengikuti
pelajaran. Tepat, Senin, 9 Novemebr 2015. Pada les pelajaran 1 dan 2 sekira
pukul 08.35 WIB hingga 09.30 WIB. “Apa itu bu!” Semua siswa bertanya melihat
tentangan yang dibawa guru PPL, Putri Mei Cindi Rambe.
Membawa dadu sebagai media pembelajaran metode NHT |
“Untuk apa itu Bu?” Pertanyaan-pertanyaan itu terus
dilontarkan menandakan rasa penasaran atas apa yang akan dilakukan.
Saat itu, memang calon guru biasanya ingin tampil
sempurna, menyiapkan RPP dan menggunakan metode serta media pembelajaran.
Kebiasaan-kebiasaan yang patut diberi apresiasi!.
Cindi yang akan mengajar mata pelajaran “Prakarya dan
Kewirausahaan (Kerajinan) dengan materi pokok “Produk Kerajinan dan Bahan
Lunan”. Saat itu, metode yang digunakan Ceramah, tanya jawab, demonstrasi, NHT
(Number Head Together), dan Diskusi Kelompok.
Alat/Media pembelajaran, seperti laptop, papan tulis,
spidol, contoh-contoh gambar hasil produk dan media PPt serta ‘dadu’. Dalam proses pembelajaran Cindy
pun menjalankan kegiatan dengan baik.
Siswa dibagi dalam kelompok yang terdiri dari 4-5
orang dalam satu kelompok, setiap anggota kelompok diberi nomor identitas, guru
mengocok dadu dan nomor dadu yang keluar maka setiap anggota dengan nomor dadu
yang sama maju ke depan mengambil soal, guru memberikan batas waktu untuk siswa
agar menjawab soal yang diberikan.
Saat melepar dadu inilah, siswa
termotivasi. Mereka begitu antusias dan penuh semangat mengikuti pelajaran.
Apalagi, Cindy juga rajin jalan-jalan, berinteraksi dengan siswa dan yang
terpenting suara yang disampaikan cukup keras dan tegas.
Dari penampilan ujian yang memukai tersebut, walaupun
pelajaran hampir 2 jam, saya sebagai doping dan siswa yang mengikuti pelajaran
memberikan penilaian. Aplaus pun menggema seusai pertemuan terakhir tersebut.
Sulap di Akhir Pelajaran
Tepat Rabu, 11 Nopember 2016, di les pelajaran 5 dan 6
pukul 10.30 WIB-11.50 WIB, saya menghadiri ujian PPL atas nama mahasiswa Erna
Rahmadani.
Meski tergolong biasa, tetapi saya memberikan
apresiasi atas kegiatannya dalam menutup pelajaran. Beda dari teman-teman yang
lain saya menutup pelajaran. Apa yang beda?
Erna mengakhiri pembelajaran dengan bermain sulap sehingga memberi kesen kepada para peserta didik |
Ternyata Erna tergolong pandai bermain trik sulap. Saat menutup
pelajaran dirinya meminta siswa untuk membuat kesimpulan tentang materi yang
dipelajari. Selanjutnya siswa yang bisa menyimpulkan dengan tepat diberi pujian
dan hadiah.
Saat akan memberikan hadiah tersebutlah! Erna mencoba
memberikan pilihan-pilihan kepada siswa. Mau kantong atas, kanan bawah kiri
bawah.
Saat itu, antusias dan rasa penarasan siswa begitu
tinggi! “Kanan saja”, “Kiri saja”. “Eeh, biasanya kiri ngak bagus,”begitu
sejumlah siswa mempengaruhi kepada temannya yang diminta menebak.
Akhirnya, siswa yang berhasil menyimpulkan pelajaran
dengan baik pun memilih kanton kanan bahwa. Erna pun member hadiah beruba
‘stipo’. Sementara, saat dia menunjukkan kantong sebelah kiri. Ada kira-kira
uang Rp500.000. Spontan siswa pun berucap,” aduuuuh, sayang kali ah!”.
Anti Tidur di Pelajaran Terakhir
Hal yang paling dibenci guru biasanya mengajar di
les-les terakhir pelajaran. Para siswa biasanya selalu sibuk meminta cepat
pulang, alasannya perut sudah lapar dan kecapean. Tidak heran, sebagian siswa
terkadang memilih tertidur di dalam kelas sembari menunggul bel berbunyi. Saya
awalnya saat hendak menguji juga merasakan kantuk yang cukup luara biasa.
Tetapi, mahasiswa saya kali ini, Febriana Rahmadani
yang ujian PPL pada les 7 dan 8. Sekira pukul 11.50 WIB hingga 13.10 WIB mampu
merubah suasana. Kantuk pun hilang! Apa sih tipsnya?
Siang itu, Febriana Rahmadani membawakan materi pokok
Matrik dengan topic Operasi Perkalian Dua Matrik dan sifat-sifatnya.
Berinteraksi dengan siswa di pelajaran terakhir sangat perlu agar siswa bersemangat |
Saat apersepsi. Febriana memberikan pertanyaan kepada
peserta didik mengenai operasional perkalian pada matrik serta sifat-sifatnya
dan peserta didik memberikan pendapat masing-masing. Cara bertanya yang tegas
diikui dengan memberikan pertanyaan lain yang berkaitan dengan operasional
perkalian pada matrik. Nah, ketika siswa
tidak mampu menjawab langsung dialihkan membuat calon siswa merasa deg-degan.
Dalam menjelaskan, Ferbriana juga tidak menjelaskan
tuntas. Misalnya, saat menjelaskan Matri dapat digunakan, kalimat tersebut
tidak dituntaskan. Tetapi, memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengucapkan, sehingga seluruh siswa yang awalnya mengantuk dan bermalas-malasan
jadi ikut berinteraksi. Sesekali dirinya juga menjelaskan dengan suara tegas
dan berjalan, sembari terus memantau pergerakan siswa.
Dalam menerapkan metode pembelajaran, digunakan metode
ceramah, diskusi kelompok dan tanya jawab. Sementara model pembelajaran
Snowball Throwing. Usai memberikan pencelasan dengan metode ceramah, Febriana
membagi dalam beberapa kelompok dan masing-masing memanggil ketua kelompok
untuk memberikan penjelasan tentang materi. Masing-masing ketua kelompok
kembali ke kelompoknya, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan guru
kepada temannya.
Suasana kelas di akhir pelajaran terasa sangat hidup.
Ketua kelompok dengan penuh semangat menjelaskan materi dari materi penjelasan
yang diberikan guru. Agar kelompok diskusi berlangsung, Febriana mengunjungi
setiap kelompok dan menanyakan apakah sudah clear
atau ada yang ingin
dipertanyakan.
Saat siswa tidak mengetahui dan bertanya, Febriana
memberikan penjelasan dengan detail. Interaksi yang dibangun bersama siswa
dengan ramah dengan pendekatan yang ramah membuat siswa merasa senang.
Di akhir diskusi, masing-masing kelompok diberi satu
lembar kertas untuk menulis satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi
yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok. Nah, kemudian kertas yang berisi
pertanyaan dibuat seperti boal dan dilempar dari satu kelompok ke kelompok
lain.
Saat melempar ‘bola’ inilah. Guru memberi penjelasan,
agar bola dipegang masing-masing. “Ingat jangan lempar ke saya!” ucapnya tegas
mengantisipasi rasa jahil siswa. “Tidaklah bu,” ucap semua siswa.
Saat diberi kesempatan melempar, satu kelompok ke
kelompok lain. Febriana sedikit mengisi humor. Saat ketua kelompok perumpuan
melempar ke laki-laki dan ketua kelompok laki-laki menangkap dengan baik. “Wah,
bagus kali menangkapnya ya!” Ucap Febriana dan siswa lain pun member respon
tertawa.
Usai terjadi bola pertanyaan diterima. Guru pun member
kesempatan untuk menjawab pertanyaan. Suasana kelas di akhir pelajaran tersebut
benar-benar hidup. Guru pamong Dra Nelly Zahara Nasution pun member aplaus dan
selamat. Febriana dinyatakan berhasil dan lulus dengan nilai yang sangat
memuaskan.
Bahkan, saat memberikan sambutan perpisahan, Bu Nelly
Zahara Nasution mengaku sangat senang dengan mahasiswa PPL dari FKIP UMSU.
Antara lain, rajin dan melaksanakan tugas-tugas dengan baik.
Suasana perpisahan PPL FKIP 2015 dan Ketemu lagi di tahun 2016. |
Kelebihan lain, calon guru mampu menerapkan metode dan
model pembelajaran yang bagus dan diterapkan dengan tepat. “Saat ujian PPL.
Ketika itu jam terakhir. Saya melihat para siswa sudah mulai loyo, kurang
bersemangat untuk belajar, tetapi mahasiswa FKIP (Febriana) mampu melaksanakan
pembelajaran dengan baik dan anak-anak yang tadinya tidak bersemangat belajar
menjadi sangat bersemangat. Ini sangat bagi, anak-anak menjadi bangga dengan
guru PPL,” pujinya. (Muhammad Arifin/Dosen FKIP UMSU)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar