Cover Buku |
Buku berjudul ‘Rasulullah
SAW; Guru Paling Kreatif, Inovatif, dan Sukses Mengajar’ karya
Awy’
A Qolawun penerbit Diva Press bisa menjadi referensi bacaan bagi yang
berprofesi sebagai pendidik.
Buku ini memiliki kelebihan yang
luar biasa. Selama membaca buku ini kita mendapat informasi baru terkait metode
mengajar. Apalagi gaya penulisan Awy’ A Qowalun yang memiliki nama lengkap
Alawy Ali Imron Muhammad menulisnya dengan gaya bahasa yang enak dibaca.
Nah, saat
membaca buku ini kita bisa mengetahui bagaimana Rasullullah SAW, selalu memilih
dan menyampaikan metode dan sistem terbaik. Penulis Awy A Qolawun mampu
menyajikan tulisan dengan sangat ringan dan muda dipahami. Saya ingin berbagi
isi buku ini kepada para pembaca dan mudah-mudahan bermanfaat.
Dalam buku ini, Awy’ A
Qolawun menjelaskan, bahwa Rasulullah memiliki khas tersendiri, metode yang
disampaikan sangat mengesankan sehingga
sangat memudahkan dan sangat membantu dalam memahami suatu ajaran atau
permasalahan.
Selain itu, dalam pembukaan
penulis menegaskan, bahwa Rasulullah memilih metode yang mudah diingat dan
tertanam kuat dalam memori para sahabat. Apalagi saat itu alat tulis tidak
semudah dan sebanyak, serta semodern sekarang.
Dalam buku ini, ada 35 metode Rasulullah dalam mengajar.
Untuk sharing isi buku ini saya
mencoba menulis kembali 15 metode. Ke
depan coba melengkapinya. Kepada para
pembaca yang berprofesi pendidik, dari 35 metode ini, kemungkinan besar juga
pernah menjalankan, jika memiliki dana dan kesempatan tentunya bisa mengkoleksi buku ini sebagai sumber ilmu
dan referensi. Yuk, kita lihat metode-metode yang diterapkan Rasulullah dalam
mengajar!
1
1.Praktik
secara langsung (Dakwah bil Haal)
Dalam
ilmu pengajaran yang penyampaiannya membutuhkan praktik, Rasulullah Saw, selalu
melakukannya dengan member contoh langsung tidak hanya teori. Bahkan, beliau telah
melakukan dan mengamalkan terlebih dahulu sebelum disampaikan kepada para sahabat.
(hal 45).
Pada
dasarnya, sebuah ilmu yang disampaikan langsung, memiliki pengaruh yang lebih
besar dan ilustrasinya akan menancap lebih kuat dihati dan memori seorang
murid. Sebab, ia bisa mengetahui secara langsung contoh, bukti, dan gerakannya
sehingga dapat langsung mempraktikkannya. Disamping itu, kepercayaan diri akan
lebih besar dalam mempraktikkan ilmunya jika melihat gurunya melakukan dan
memberi contoh secara langsung. Hal ini akan berbeda apabila pengajaran hanya
menyampaikan teori tanpa praktik. Terkadang imajinasi yang berkembang di dalam
pikiran seorang murid tidak sama dengan yang dimaksudkan oleh guru kalau
sekadar teori belaka.
Di
antara contoh yang ditunjukkan Rasullulah seperti yang ditulis Awy A Qawalun
yakni dalam hal beribadah, Rasulullah merupakan orang nomor satu yang selalu
memberi contoh langsung dan melakukan secara kontinu, bahkan kaki Rasulullah
sampai bengkak karena terlalu lama dalam beribadah.
Contoh
lain, suatu saat ada orang bertanya kepada Rasulullah tentang tata cara berwudhu,
beliau langsung memerintahkan untuk diambil seember air. Kemudian, langsung
memberi contoh dengan praktik berwudhu, langsung di hadapan orang yang
bertanya.
Awy
A Qolawun dalam bukunya tidak lupa selalu mengambil inti sari dan membuat di
dalam frame sehingga orang yang membaca lebih tertarik khususnya hal-hal yang
sangat penting. Inti sari dari metode pertama Rasulullah “Dalam
mengajar, semua yang diperintahkan dan yang dilarang, Rasulullah SAW, sendiri
orang pertama yang melaksanakan yang diperintahkan dan menjauhi semua yang
dilarang”.
2.
Memberikan
Pelajaran Secara Gradual
Metode
pengajaran kedua yang diterapkan Rasulullah SAW adalah memperhatikan skala
prioritas terhadap suatu yang akan disampaikan. Dalam penyampaian ilmu, beliau
tidak langsung menyampaikannya sekaligus, tetapi secara berangsur-angsur,
sedikit demi sedikit, dan pelan-pelan dengan tujuan agar lebih mudah dipahami
dan lebih kuat tertanam dalam ingatan para sahabat.
Salah
satu sahabat Rasulullah SAW, Jundub bin Abdillah RA. Bercirta, “Ketika
masih dalam masa pubertas, kami belajar kepada Rasulullah, dan beliau mengajari
kami tentang keimanan, sebelum belajar Alquran. Setelah itu, barulah kami
diajari (isi kandungan dantata cara membaca) Alquran, sehingga iman kami makin
bertambah dan menguat,” (HR Ibnu Majah).
3.
Menghindari
Kejenuhan Murid
Dalam
menyampaikan sebuah ilmu atau mengajar, Rasulullah SAW, sangat memperhatikan
waktu dan kondisi psikologi para sahabat. Beliau tidak mengajar dalam
sembarangan waktu. Selain itu, beliau juga tidak monoton dengan ilmu yang hanya
itu-itu yang disampaikan. Hal itu dilakukan agar mereka tidak mengalami
kejenuhan dan kebosanan. Sebab, jika kebosanan yang dialami seorang murid dan
berkepanjangan, hal ini menjadi penyebab gagalnya proses belajar mengajar.
Sehubungan
dengan metode tersebut, salah seorang tabi’in
bercerita, “Abdullah
bin Mas’ud
Ra. (salah satu sahabat nabi) setiap hari Kamis selalu memberikan nasihat dan
petuah tersebut, dan selalu menunggu hari itu. Suatu hari, kami meminta untuk
menyampaikan setiap hari. Namun, ia tidak mengabulkan permintaan kami seraya
berkata,”
Sebenarnya aku akan melakukan seminggu sekali agar kalian tidak bosan,
sebagaimana yang telah Rasulullah lakukan. Beliau tidak memberikan pelajaran
dan mau’idha setiap
hari karena khawatir kita bosan”. (HR. Bukhari).
4.
Memperhatikan
Perbedaan Kemampuan dan Tingkat Inteligensi Setiap Murid
Rasulullah
sangat memperhatikan perbedaan individu dari setiap sahabat. Dalam mengajar,
beliau selalu menyesuaikan dengan tingkat kecerdasan yang mereka miliki. Semua
yang diajarkan beliau terhadap mereka yang baru masuk Islam, tidak akan sama
dengan yang diajarkan kepada para sahabat yang sudah lama bersama beliau.
Dalam
menjawab setiap pertanyaan pun, Rasulullah SAW, tidak asal jawab. Tapi, melihat
tingkat kemampuan, pemahaman, dan tingkat kecerdasan sahabat yang bertanya.
Mengenai ini, sebuah kaidah dasar telah berliau berikan kepada kita yakni “Anzilin
naasa ‘ala qadri ‘uquulihim
(berbicaralah kepada orang lain, sesuai dengan tingkat kemampuan berpikirnya).
Dalam
sebuah karya monumentalnya, Ihya’Ulumiddin, Imam Ghazali
berpendapat, “Seseorang
yang diberi pelajaran, namun tidak memahami dengan baik semua yang kita ajarkan
karena tidak mampu dijangkau oleh akalnya, hal itu dapat menimbulkan
kesalahpahaman. Dan, lebih parah lagi, itu terkadang kesalahpahaman justru
menimbulkan fitnah”.
5.
Dialog
dan Tanya Jawab
Pengajaran
dengan metode dialog dan tanya jawab merupakan metode yang menonjol dan sering
digunakan oleh Rasulullah SAW dalam mengajar. Sebab, dialog merupakan salah
satu cara yang sangat membantu untuk membuka kebuntuan otak dan kebekuan
berpikir murid.
Sehubungan
dengan metode tersebut, suatu hari, Rasulullah SAW pernah bertanya kepada para
sahabat, “Andaikan
di depan rumah kalian ada sungai, lalu kalian mandi lima kali sehari, apakah
masih ada kotorngan yang tertinggal di tubuh (kalian)?”
“Tentu
tidak, wahai Rasulullah,” jawab mereka.
Kemudian,
Rasulullah SAW menambahkan, “Begitu juga dengan salat lima
waktu. Jika kita rajin melaksanakannya, dosa-dosa dan segala kesalahan akan
dihapus oleh Allah SWT”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Pada
metode dialog dan tanya jawab ini; Amy’ A Qolawun menulis dengan memberi
banyak contoh. Seperti dalam kesempatan lain, Rasulullah SAW, juga pernah
bertanya kepada para sahabat,”Kalau bangkrut itu yang
bagaimana?”
tanya beliau.
“Tentu
saja orang yang tidak mempunyai urang dan harta,” tukas
mereka.
Dengan
bijak, beliau menjawab, “Sesungguhnya, orang yang bangkrut di antara
umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan amal lengkap. Namun,
sayangnya, ia suka mencaci maki, menggunjing, korupsi, dan mengganggu orang
lain sehingga semua pahala dan amal baiknya habis untuk menembus keburukan-keburukan
tersebut. Jika keburukkan itu belum tertembus oleh amalnya, maka
kesalahan-kesalahan orang lain yang disakitinya akan ditimpakan kepadanya. Dan,
akhirnya ia akan diceburkan ke neraka”. (HR.Muslim).
Masih
ada lagi contoh dialog seperti metode dialog yang sangat terkenal diajarkan
oleh Rasulullah adalah Hadist Jibril.
(bisa dibaca di halaman 58-60).
6.
Diskusi
dan Dialektika
Metode
lain yang Rasulullah terapkan dalam mengajar yakni cara berdiskusi, dialektika,
melakukan perbandingan secara logika dan pendekatan psilogi. Hal itu beliau
lakukan untuk mencabut keraguan dan kebalitan dari hati seseorang yang
beranggapan bahwa hal yang bathil itu bagus. Selain itu, metode tersebut
dilakukan untuk menancapkan sugesti tentang kebenaran di hati seseorang yang
sebelumnya enggan dan cenderung menjauhan kebenaran.
Rasulullah
mencontohkan metode ini, sebagaimana hadist yang diriwayatkan oleh Ahmad bin
Hambal dan Thabrani bahwa pada suatu hari, datang kepada beliau seorang pemuda
yang meminta legalisasi untuk berzina. Mendengar permintaan ini, beliau tidak langsung
memarahinya (padahal sahabat di sekitar beliau sudah hampir meluapkan kemarahan
melihat kelancangan pemuda itu). Beliau juga tidak menggunakan dalil Alquran
yang menegaskan haramnya zina. Tetapi, beliau menyuruh pemuda tersebut untuk
mendekat kepadanya. Dengan sangat bijak, diajaknya pemuda itu untuk berdiskusi.
(halaman 61).
“Kamu suka
tidak, andai ibumu dizinai orang?” tanya Rasulullah SAW.
“Tidak
wahai Rasulullah, demi Allah! Tak ada seorangpun yang mau ibunya dizinai,” jawab
sang pemuda.
“Nah, kalau putrimu dizinai, apakah
kamu rela?”
“Tidak ya
Rasulullah, demi Allah! Semoga Allah menjadikanku tebusan bagimu karena tidak
ada orang yang rela putrinya dizinai”.
Rasulullah
SAW teus menanyai pemuda tersebut. Seandainya hal itu menimpa saudarinya dan
bibinya, apakah ia rela? Ternyata jawaban pemuda itu pun tetap sama.
Setelah
mendengar pengakuan jujur dari sang pemuda, Rasullah SAW, menaruh telapak
tangannya di pundak pemuda itu seraya berdoa, “Ya Allah,
ampunilah ia, bersihkan hatinya, dan jagalah kemaluannya”.
Contoh di
atas merupakan metode diskusi yang dilakukan oleh Rasulullah SAW, dalam
menyampaikan ilmu dan bentuk pengajaran. Metode tersebut, saat ini sudah banyak
dipraktikkan, terutama di kalangan pelajar tingkat tinggi.
7.
Observasi terhadap Kecerdasan Murid
Dalam
menyampaikan ilmu atau mengajar, Rasulullah SAW, tidak hanya sekadar
menyampaikan wahyu, pesan-pesan profetik, dan nilai-nilai moral dengan stagnan,
sedangkan para sahabat hanya mendengar dan menerima. Namun, beliau juga
melakukan tes untuk mengetahui tingkat kepahaman mereka dan hingga sejauh mana
bisa menangkap semua yang disampaikan. Hal ini dilakukan untuk merangsang agar
mereka mau berpikir, menggali bakat, dan mengeksploitasi kemampuan yang
terpendam dalam diri mereka.
8.
Analogi
atau Kias
Dalam
mengajar, sesekali Rasulullah SAW menggunakan analogi (perbandingan secara kias
dengan bentuk yang sudah ada) terhadap suatu hukuman atau ajaran yang kurang
bisa dipahami oleh sebagian sahabat. Selain itu, beliau juga menjelaskan
sebab-sebab dibuatnya sebuah hokum.
Dengan
metode perbandingan atau analogi itu, mereka pun memahami terhadap sebuah
hukuman dan tujuan diterapkannya suatu syariat (maqasid at tasyri).
Metode
ini pernah dicontohkan, suatu saat seorang perempuan dari suku Juhainah
bertanya kepada beliau, “Sesungguhnya, ibu saya telah bernadzar untuk
melaksanakan haji. Namun, hingga meninggal, ibu saya belum sempat berhaji untuk
melaksanakan nadzarnya itu. Apakah saya bisa berhaji (menggantikanya) atas nama
ibu?”.
“Ya,
bisa. Bukanlah jika ibumu mempunyai utang dan belum sempat dilunasinya,
kemudian ia meninggal, kamu juga kan yang melunasi utangnya?” jawab beliau.
“Ya,
memang begitu,” kata wanita itu lega. (HR.Bukhari).
Ketika menjelaskan
atau mengajar sesuatu yang belum jelas hukumnya, Rasulullah SAW,
menganalogikannya secara logis dengan hal-hal yang sudah jelas hukumnya. Dengan
cara ini, permasalahan yang masih samar bisa jelas dan dipahami dengan baik
oleh para sahabat.
9.
Alegori
dan Persamaan
Dalam
banyak kesempatan saat mengajar, Rasulullah SAW juga menggunakan metode alegori
(perumpamaan) untuk menjelaskan suatu makna dari ajaran yang beliau sampaikan.
Dalam setiap penjelasan yang diutarakan, beliau menggunakan media benda yang
banyak dilihat, dirasakan dan biasa mereka pegang.
Metode
ini sangat memudahkan seorang pelajar untuk mendeskripsikan suatu masalah yang
kurang jelas. Metode alegori banyak digunakan para pengajar sastra. Selain itu,
para pengajar sepakat bahwa penggunaan alegori dan persamaan memiliki pengaruh
besar dan sangat membantu dalam menjelaskan sebuah arti yang samar dan kurang
jelas.
10. Visualisasi dengan Gambar
Ternyata,
sejak 1.4000 tahun yang lalu, Rasulullah SAW telah terlebih dahulu menggunakan
metode visualisasi dengan gambar dalam mengajar. Beliau menjelaskan suatu hal
dengan cara membuat gambar yang menggunakan media permukaan tanah.
Melalui
visualisasi gambar tersebut, Rasulullah menjelaskan di hadapan para sahabat
tentang manusia dan cita-citanya, serta keinginan yang luas dan banyak. Semua
keinginan tersbut bisa terhalang oleh banyak macam penyakit, usia tua, dan
datangnya ajal. Hal tersebut bertujuan untuk member nasihat kepada mereka agar
tidak hanya sekadar melamun, berangan-angan (tanpa realisasi), dan mengajarkan
mereka untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi kematian. (pembahasan lengkap
halaman 70-74).
11. Menggunakan Isyarat gerak Tangan saat
menerangkan
Menggunakangerakan
dan isyarat tangan saat mengajar merupakan salah satu cara untuk membuat murid
bisa memahami materi yang disampaikan. Dalam hal ini, guru tidak hanya sekadar
duduk membacakan atau menerangkan pelajaran tanpa melakukan gerak sama sekali.
Rasulullah
SAW pun sangat memperhatikan cara pengajaran seperti ini. Tak jarang saat menerangkan,
beliau juga melakukan gerakan agar lebih mudah menancapkan kepahaman dalam
benar para sahabat, terlebih saat beliau berpidato dan berkhotbah.
12. Penggunaan Alat Peraga
Menggunakan
alat peraga dalam pengajaran termasuk salah satu cara membantu murid dalam
memahami materi pelajaran. Saat ini, hampir semua pendidikan modern sudah
menggunakan metode ini.
Sebelum
dunia pendidikan modern menggunakan alat peraga, Rasulullah SAW, telah terlebih
dahulu mempraktikkannya. Misalnya, ketika beliau melarang penggunaan suatu
benda, beliau akan mengangkat dan menunjukkan benda tersebut di hadapan para
sahabat untuk lebih menekankan larangan dan keharaman benda tersebut.
Dalam
kesempatan yang lain, Rasulullah SAW mengambil sejumput bulu unta hasil rampasan
perang, sambil menunjukkan bulu unta tersebut, beliau bersabda, “Bagian (jatah) yang aku dapat dari harta
rampasan ini, sama dengan yang kalian dapat. Awas jangan korupsi! Sebab,
korupsi adalah kehinaan bagi pelakunya pada hari kiamat kelak”. (HR. Ahmad).
13. Memberikan Keterangan Langsung
Terhadap
suatu hal yang dianggap sangat penting. Rasulullah SAW, sering kali
menyampaikan dan menerangkannya secara langsung tanpa menunggu pertanyaan
daripada sahabat atau justru beliau yang memancing timbulnya pertanyaan mereka.
Dalam hal
ini, biasanya Rasulullah memberikan jawaban terhadap keraguan para sahabat,
sebelum keraguan itu muncul. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi agar
keraguan tersebut tidak mengakar ke dalam jiwa dan berdampak negative di
kemudian hari.
14. Menjawab setiap Pertanyaan dan Menstimulus
Murid agar Berani Bertanya.
Seorang
pengajar yang baik akan menjawab dengan bijak setiap pertanyaan murid-muridnya,
sekaligus mendorong untuk berpikir kritis dan berani bertanya. Sebab,
bisa jadi ada hal-hal penting yang tidak terlintas dalam pikiran seorang
pengajar, namun terpikirkan dalam benak muridnya yang berhubungan dengan materi
yang sedang dibahas dan disampaikan.
15. Menjawab satu pertanyaan dengan dua jawaban
atau lebih
Dalam
aktivitas belajar-mengajar, pada umumnya seorang guru akan menjawab suatu
pertanyaan dengan satu jawaban. Namun, hal ini berbeda dengan metode pengajaran
yang dilakukan oleh Rasulullah. Beliau akan menjawab satu pertanyaan dengan dua
jawaban.
Tentang
metode ini, sebuah hadist dari Abu Hurairah RA. Telah menjelaskan bahwa suatu
waktu ada seseorang yang bertanya kepada beliau. “Ya Rasulullah, ketika kami
berlayar (di laut), kami hanya membawa sedikit bekal air minum. Jika kami
berwudhu dengan air tersebut, kami bsia kehausan. Bolehkah kami berwudhu dengan
air laut?”.
Rasulullah
menjawab, “Boleh, laut itu suci airnya, bahkan halal bangkainya”. (HR Malik).
Dari
dialog tersebut, Rasulullah menjawab pertanyaan nelayan tentang hukum berwudhu
menggunakan air laut bahwa airnya suci dan sah dipakai berwudhu. Selain itu,
beliau juga menambahkan jawaban hal penting yang tidak ditanyakan nelayan itu
bahwa bangkai makhluk hidup yang berasal dari laut (seperti ikan) juga halal
dimakan dan dimanfaatkan.
Selain kelimabelas metode di atas, masih ada
20 metode yang ditulis Awy A’ Qowalun. Adapun ke 20 metode yakni, 16. Mengalihkan pembahasan, 17. Meminta Murid untuk Mengulangi
Pertanyaannya, 18. Melatih Kepekaan
Murid dengan Melempat Alih pertanyaan, 19. Melakukan Tes dan Uji Coba, 20. Melakukan consensus terhadap Sesuatu dengan Tanpa Kata, 21. Mencari dan Memanfaatkan Momentum yang Baik,
22. Selingan Joke, Kelakar, dan Bersenda
Gurau saat Mengajar, 23. Memantapkan
Keterangan dengan Sumpah, 24. Mengulangi
Keterangan Sampai Tiga Kali, 25. Menarik
Perhatian Murid dengan Mengubah Posisi Mengajar, 26. Menarik Perhatian dengan Berulang-ulang Memanggil Nama si Murid,
27. Menarik Perhatian Murid dengan
Memegang Tangan atau Pundaknya, 28. Memancing
Rasa Penasaran Murid, 29.Menyebut
Akibat Terlebih Dahulu, sebelum Menyebut Sebab, 30. Mengglobalkan Sesuatu, Kemudian Merincikannya, 31. Menasehati dan Mengingatkan, 32. Memotivasi dan Menakut-nakuti, 33. Cerita dan Kisah, 34. Prolog Singkat dan 35. Isyarat dan Sindiran.
Ke 20 nantinya akan coba kita sharing.
Lewat 15 metode ini dahulu semoga bisa bermanfaat bagi para pendidik di negeri
ini, untuk pendidikan ke depan lebih baik.(Muhamamd
arifin)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar