AWALNYA banyak yang tertawa. Heran, bercampur penasaran. Saat saya
menyebut Guru Go Blog pasti kedengarannya menjadi "guru goblok".
Memang dari segi pengucapan hampir sama, tetapi bagi yang memahami
arti bahasa Inggris. Maka sangat berbeda sekali. Bahkan, saat saya
menunjukkan buku "Guru Go Blog; Pemanfaatan Blog untuk Media
Pembelajaran Alternatif", barulah mahasiswa tersebut memahami.
Di era serba digital guru dituntut lebih memantaskan diri. Teman saya Namin
AB Ibnu Solihin pernah mengatakan guru harus menjadi produsen ilmu
pengetahuan di era digital. Salah satu yang bisa dibuat harus memiliki
blog dan mau menulis serta menyebarkan informasi dan menyampaikan materi
pelajaran.
Perkembangan teknologi diakui lebih cepat
dibandingkan perkembangan pendidikan. Dalam kurun beberapa tahun
terakhir saja teknologi digengaman para peserta didik sudah
berubah-ubah. Dulu, Blackberry Messenger (BBM) begitu akrab dan menjadi
pilihan prioritas. Tetapi, kini gawai yang dipegang anak-anak beralih
menjadi Android.Anak-anak dulu menghabiskan waktunya selepas Magrib
mengaji di musala atau langgar. Tetapi, kini mereka yang masih usia
belia menghabiskan waktunya di warung internet. Tidak heran, musala kini
ditinggal. Beralih warnet yang penuh sesak. Apa yang mereka lakukan?
Jika kita observasi secara kasat mata, para anak-anak
kebanyakan menghabiskan waktunya untuk bermain game, bersosialisasi
melalui media sosial melalui facebook. Sedikit sekali yang belajar dan
mencari ilmu dengan searching melalui google atau mengerjakan
tugas-tugas guru.
Realita ini terjadi karena memang guru-guru belum
menuju 'Guru Go Blog". Belum mampu memaksimalkan pembelajaran berbasis
digital.
Guru-guru masih kita jumpai melakukan cara-cara
tradisional dalam menjalankan aktivitas pembelajaran meskipun banyak
sarana dan prasarana yang bisa dimafaatkan. Tentunya hal ini belum
menerapkan Pola Pembelajaran Bermedia sebagaimana dinyatakan Barry
Morries dalam buku Model-Model Pembelajaran karya Rusman.
Pembelajaran Bermedia yakni, pembelajaran yang
memanfaatkan fasilitas dalam jaringan (daring) atau online sehingga
siswa dapat belajar meskipun mereka berada di warung-warung internet.
Melihat fakta ini, penulis mengajak agar guru
benar-benar menjadi Guru Pembelajaran sebagaimana disampaikan Direktur
Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Sumarna Surapranata, PhD saat
mengunjungi Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda (YP SIM).
Saat itu dia menegaskan, Guru harus mampu mengubah paradigma, tidak boleh hanya menunggu saja.
Saat ini dikenal guru pembelajar, artinya guru tersebut tidak boleh
menunggu panggilan untuk ikut pelatihan, tetapi harus kreatif dan
berbenah.
Guru pembelajar bisa belajar sendiri, saat ini pemerintah sudah
menyiapkan desain guru pembelajar daring (dalam jaringan) dimana
nantinya guru bisa belajar sendiri melalui materi yang telah disiapkan.
Dalam Modul Mata Pelajaran Bahasa Inggris Sekolah Menegah Atas "Modul
Kelompok Kompetensi : E Pedagogik: TIK Dalam Pembelajaran ditegaskan,
peran guru profesional dalam proses pembelajaran sangat penting sebagai
kuncul keberhasilan belajar siswa. Guru profesional adalah guru yang
kompeten membangun proses pembelajaran yang baik sehingga dapat
menghasilkan pendidikan yang berkualitas.
Salah satu yang dikembangkan untuk meningkatkan kompetensi guru sebagai
agen perubahan dan sumber belajarutama bagi peserta didik yakni melalui
tiga pola, pola tatap muka, daring (online) dan kombinasi (blended).
Untuk menuju Guru Go Blog marilah kita terus memantaskan diri menjadi
yang terbaik di depan peserta didik kita. Blog bisa dimanfaatkan untuk
keperluan pembelajaran. Melalui blog guru dapat dengan mudah
menyampaikan berbagai materi pembelajaran secara lebih luas dan bisa
diakses oleh anak didik tanpa terbatas ruang dan waktu.
Ayo, jadi Guru Go Blog!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar