Banyak rintangan, sulit, dan ribet. Begitu awalnya mereka memandang sebuah tugas kuliah. Biasanya hanya mengumpulkan makalah kini beralih menjadi sebuah buku. Bagaimana sih curhat mereka?
Juli mahasiswa kelas II C Prodi Bahasa Inggris FKIP UMSU
mengatakan, banyak rintangan saat mengubah tugas mata kuliah yang biasanya
berbentuk makalah menjadi sebuah buku yang menarik. Kesulitannya menyatukan
antara satu bab dengan bab lainnya dan mengeditnya. Belum lagi pemikiran yang
tidak sepaham di antara kelompok dalam merencanakan judul buku sampai harus
banyak menanyakan ke dosen tentang tema yang pas dan menarik. "Kelompok
kami susah untuk dikumpulkan. Akhirnya kami memutuskan untuk mengerjakan sesuai
dengan tanggungjawab Bab masing-masing dan akhirnya selesai dalam dua hari
hingga menjadi draf buku. Tapi dari situ saya banyak belajar,"
katanya.
Nuril mengaku, sebenarnya sedikit sulit tapi harus berusaha
menyelesaikan karena memang tugas mata kuliah dan hasilnya cukup
membanggakan.
Hal senada disampaikan Nova, dia mengaku awalnya agak sulit
karena pertama kali buat buku dalam sejarah hidup. "Tetapi yang sangat
bahagia bisa buku bersama teman-teman walaupun ada kendala sedikit tapi kami
bisa menyelesaikannya. Walaupun masih banyak kekurangan dalam buku tersebut,
tapi kami sudah berusaha. Mungkin di lain waktu kami bisa buat buku yang lebih
baik," ucap gadis berkacamata ini.
Najmi menilai
tugas mata kuliah pembuatan buku menantang karena baru pertama kali.
Menambah pengalaman dan kekompakkan setiap anggota. "Sama-sama mencari
sumber informasi melalui buku. Jadi bisa mengetahui buku-buku yang mencakup manajemen
pendidikan. Kalau nggak ada pembuatan buku ini mungkin kami bakalan cara
membaca buku-buku yang berhubungan dengan manajemen pendidikan. Pembuatan buku
menambah kreativitas setiap anggota kelompok. awalnya nggak terpikir bakalah
bisa buat buku. Eeeh, ternyata pas sudah jaji ada rasa kepuasan dalam diri
sendiri," katanya.
Diakui, kendalanya cuma pada saat menggabungkan materi dari
setiap bab, ukuran buku, dan karena tidak sama jadi berantakkan. "Di
situlah rasa iiih mau down lagi. Belum mengatur-ngaturnya lagi. Pembuatan buku
ini benar-benar menjadi pengalaman yang seru. Biasanya pulang ujian ngak ada
kegiatan, nongkrong nggak jelas, dan lain sebagainya. Namun saat ada
tanggungjawab untuk membuat buku tentang Manajemen Pendidikan maka waktu yang biasanya
terbuang gitu aja menjadi bermanfaat. Pembuatan buku ini uga jadi motivasi bagi
saya dan teman-teman bahwa ilmu itu sangat bermanfaat dan begitu penting.
Menimbulkan keinginan untuk lebih berkreasi lagi dalam pembuatan buku-buku
lainnya yang berhubungan dengan manajemen pendidikan," ucapnya.
Rasa senang juga disampaikan Muhammad Ichsan, dia mengakau
dengan tugas membuat buku menjadi kekompakkan kelompok karena saling bantu
membantu dan akhirnya buku terselesai dengan bagus walaupun masih banyak
kekurangan.
Rizky menambahkan, tugas membuat buku di jenjang kuliah sangat
bagus karena menunjang kreativitas mahasiswa. Wajib diteruskan ke depannya
tugas-tugas seperti ini. "Oh ya, kritiknya sih kalau bisa setiap bahan
untuk membuat buku diambil dari buku orang lain sehingga untuk anggota setiap
kelompok bekerja. Jangan hanya copy paste aja," ucapnya.
Adapun judul-judul buku yang dihasilkan, "Sekolah
Kreatif", Manajemen Pendidik dan Tenaga Pendidikan Masa Kini",
"Manajemen Pendidikan Yang Kreatif", "Kepemimpinan",
"Kupas Tuntas Manajemen Pendidikan", "Kepemimpinan Kepala
Sekolah", "Manajemen Pendidikan".
Mahasiswa Fakultas Keguruandan Ilmu Pendidikan (FKIP) UMSU Prodi
Pendidikan Bahasa Inggris menerbikan buku-buku tentang Manajemen Pendidikan.
Penerbitan buku tidak terlepas dari inisiasi dosen pengampuh mata kuliah
"Manajemen Pendidikan" Muhammad Arifin, MPd.
Muhammad Arifin, MPd mengatakan, budaya literasi harus
ditumbuhkembangkan. Maka, harus dibangun kultur akademik yakni
dengan merubah tradisi lama, tugas berbentuk makalah menjadi sebuah buku.
Sebelumnya, tugas-tugas kuliah juga diterbitkan menjadi buku
seperti mata kuliah Creative Writing yang diampuh Ibu Fatimah Sari
Siregar, MHum dimana mahasiswa menerbitkan buku tentang cerita anak dengan dua
bahasa.
"Hal-hal positif seperti ini harus dibudayakan.
Membangkit budaya menulis dan menerbitkan buku diyakini akan
memunculkan ide hebat yang terkadang tidak pernah dipikirkan oleh
dosen," ucap Muhammad Arifin.
Ternyata keyakinan benar. Dari banyak karya yang dihasilkan
ada beberapa yang layak untuk diteruskan menjadi buku dan bisa diterbitkan.
"UMSU memiliki penerbitan UMSU Pers. Tentunya bisa membantu karya-karya
mahasiswa," ucapnya.
Membangun literasi
Dosen pengampuh mata kuliah "Manajemen Pendidikan", Muhammad Arifin, MPd mengatakan awalnya merubah tradisi karya ilmiah berevolusi menjadi sebuah buku
cukup sulit. Ada sebagian yang antusias menerima ide tersebut tetapi sebagian masih tidak mau karena belum
terbangun kekompakan dalam kelompok. Namun, sebuah perubahan memang butuh
perjuangan, tidak semua suka, tetapi kita harus kreatif dan suka atau tidak suka harus diterima.
Seperti munculnya transportasi online yang memang jadi kebutuhan. Jika
kita tidak siap, maka akan tertinggal. "Bahkan, transportasi online pun
dimanfaatkan untuk menggantar buku hingga sampai ke dosen. Kita tetap terima
karena memang itulah perubahan-perubahan di masyarakat. Teknologi harus memudahkan
segala aktivitas kita termasuk pembelajaran," katanya.
Diakuinya, ada cerita unik dari setiap pengerjaan. "Pak, mereka pulang
kampung. Gimana ya? tanya mahasiswa karena merasah ada yang lepas
tanggungjawab. Ada yang acuh tak acuh seperti tak ada masalah. Ada yang
didatangi tetapi 'ngak open' bahasa Medannya. Tetapi, mereka yang
ingin berkarya tetap berjuang. Ada yang harus pergi ke kawasan Jalan
Djamin Ginting tidak jauh dari simpang 'Sumber' (bagi mahasiswa USU pasti
kenal). Alasannya, SDM atau pekerja fotocopy di sekitar kawasan
UMSU kurang memahami mencetak tugas berbentuk buku.
Mahasiswa Fakultas Keguruandan Ilmu Pendidikan (FKIP) UMSU Prodi
Pendidikan Bahasa Inggris menerbikan buku-buku tentang Manajemen Pendidikan.
Penerbitan buku tidak terlepas dari inisiasi dosen pengampuh mata kuliah
"Manajemen Pendidikan" Muhammad Arifin, MPd.
Dia menambahkan, harus dibangun kultur akademik yakni
dengan merubah tradisi lama, tugas berbentuk makalah menjadi sebuah buku.
Sebelumnya, tugas-tugas kuliah juga diterbitkan menjadi buku pernah dilakukan di FKIP UMSU seperti mata kuliah Creative Writing yang diampuh Ibu Fatimah Sari
Siregar, MHum dimana mahasiswa menerbitkan buku tentang cerita anak dengan dua
bahasa, Inggris dan Indonesia.
"Hal-hal positif seperti ini harus dibudayakan.
Membangkit budaya menulis dan menerbitkan buku diyakini akan
memunculkan ide hebat yang terkadang tidak pernah dipikirkan oleh
dosen," ucapnya.
Ternyata keyakinan benar. Dari banyak karya yang dihasilkan
ada beberapa yang layak untuk diteruskan menjadi buku dan bisa diterbitkan.
"UMSU memiliki penerbitan UMSU Pers. Tentunya bisa membantu karya-karya
mahasiswa," ucapnya.
Adapun judul-judul buku yang dihasilkan, "Sekolah
Kreatif", Manajemen Pendidik dan Tenaga Pendidikan Masa Kini",
"Manajemen Pendidikan Yang Kreatif", "Kepemimpinan",
"Kupas Tuntas Manajemen Pendidikan", "Kepemimpinan Kepala
Sekolah", "Manajemen Pendidikan".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar