06 Maret, 2014

DEFENISI PEMBELAJARAN

Kepada pembaca blog saya. Di sini saya sedikit berbagi ilmu khususnya terkait dengan materi pembelajaran. Ketika saya membaca buku “Learning Theoris”  An Education Perspektive karya Dale H Schunk Edisi keenam. Saya sungguh tertarik tentang isinya. Untuk itu, saya mencoba berbagi memindahkan isi buku tersebut ke blog saya. Semoga bermanfaat;

Defenisi pembelajaran
Orang sepakat bahwa pembelajaran itu penting, tetapi mereka mempunyai pandangan yang berbeda tentang penyebab-penyebab, proses dan akibat pembelajaran. Tidak satu defenisi pembelajaran yang diterima universal oleh para teoritis,peneliti dan praktisi. (Shuell, 1986). Meskipun ada perbedaan pendapat tentang apa persisnya karakteristik pembelajaran, di bawah ini terdapat defenisi umum pembelajaran yang sejalan dengan focus kognitif dan mencakup kreteria yang menurut sebagian besar profesional pendidikan merupakan pokok pembelajaran.
“Pembelajaran merupakan perubahan yang bertahan lama dalam perilaku, atau dalam kapasitas berpelaku dengan cara tertentu, yang dihasilkan dari praktik atau bentuk-bentuk pengalaman lainnya”
Tabel 1.1
Kreteria-Kreteria Pembelajaran

  1. Pembelajaran melibatkan perubahan
  2. Pembelajaran bertahan lama seiring dengan waktu
  3. Pembelajaran terjadi melalui pengalaman

 Coba kita telaah lebih jauh ini untuk mengidentifikasi tiga kreteria pembelajaran


Pertama, Pembelajaran melibatkan perubahan. Dalam perilaku atau dalam kapasitas berperilaku. Orang dikatakan belajar jika mereka menjadi mampu melakukan suatu hal dengan cara yang berbeda. Sementara itu, kita harus ingat bahwa pembelajaraan itu berkenaan dengan penarikan kesimpulan. Kita tidak dapat mengamati pembelajaran secara langsung, yang dapat kita amati adalah produk-produknya atau hasil akhirnya.
Pembelajaran itu dinilai berdasarkan apa yang diucapkan, dituliskan, dan dilakaukan seseorang. Akan tetapi perlu dipahami juga bahwa pembelajaran melibatkan berubahnya kapasitas untuk berperilaku dengan cara tertentu karena orang tidak biasa mempelajari suatu keterampilan, pengetahuan, keyakinan, atau perilaku tanpa mempraktiknya pada saat pembelajaran sedang berlangsung.
Kedua, Pembelajaran bertahan lama seiring dengan waktu. Ini berarti, perubahan-perubahan perilaku yang sifatnya sementara tidak termasuk di dalamnya (misalnya, berbicara dengan ucapan yang tidak jelas) yang dipicu oleh factor-faktor seperti obat-obatan, alcohol, dan kelelahan. Perubahan –perubahan tersebut anya sementara karena penyebab atau pemicunya hilang, perilakunya akan kembali ke keadaan semula. Tetapi, pembelajaran bisa jadi tidak bertahan lama karena terjadinya lupa. Ada perbedaan pendapatana tentagn berala lama perubahan harus bertahan untuk dapat disebut sebagai hasil pembelajaran, teapi kebanyakan orang sepakat bahwa perubahan yang durasinya singkat (misalnya, terjadi beberapa detik), tidak dapat dikualifikasikan sebagai pembelajaran.
Ketiga, pelajaran terjadi melalui pengalaman (misalnya, dari praktik, dari mengamati orang lain). Kreteria ini tidak mencakup perubahan-perubahan perilaku yang terutama terbentuk karena factor keturunan seperti perubahan-perubahan kematangan pada anak-anak (misalnya, merangkat, berdiri). Meskipun demikian,perbedaan antara proses kematangan dan pembelajaran sering tidak bisa dipastikan secara jelas. Orang bisa saja memiliki bawaan lahir untuk melakukan bentuk-bentuk perilaku tertentu, tetapi perkembangan sebenarnya dari perilaku-perilaku tergantung pada lingkungannya.
Dalam hal ini bahasa dapat menjadi contoh yang bagus. Ketika perangkat-perangkat vocal manusia berkembang, manusia dapat mengucapkan bahasa, tetapi kata-kata yang diucapkannya itu dapat dari belajar, dari interaksinya dengan orang lain. Meskipun factor genetic penting bagi akuisisi bahasa pada anak-anak, pengajaran dan interaksi social dengan orangtua, guru dan teman sebaya memberikan pengaruh yang kuat terhadap penguasaan keterampilan berbahasa pada anak-anak (Mashburn, Justice, Downer and Pianta, 2009).
Dengan cara yang serupa, melalui perkembangan normalnya, anak-anak bisa merangkak dan berdiri, tetapi lingkungannya harus responsive dan memberikan kesempatan pada terbentuknya perilaku-perilaku ini. Anak-anak yang gerakan tubuhnya dibatasi tidak akan berkembang secara normal. 

Tidak ada komentar: