17 Oktober, 2011
BUKU MEMOAR TEROPONG DILUNCURKAN
Buku Memoar Teropong, Pengakuan Mahasiswa dalam Kondisi yang Kontradiktif
Sekretaris Redaksi Harian Analisa, War Djamil, SH mengatakan buku "Memoar Teropong" Kisah Nyata Jurnalis Mahasiswa menceritakan keterusterangan, goresan pena 16 jurnalis kampus yang merupakan aktivis pers mahasiswa Teropong, secara umum sebagai "pengakuan" yang polos.
"Catatan pengalaman yang bervariasi dalam kurun waktu 2001-2011, tak jauh beda dengan yang saya alami sekitar 30 silam,"kata War Djamil saat membedah buku "Memoar Teropong" di Kampus UMSU, Jalan Muktar Basri Medan, Rabu (12/10).
War Djamil menjelaskan, ada dua hal harus diperhatikan, pertama suasana yang tergolong memprihatinkan dari sisi pengelolaan penerbitan pers mahasiswa. Sebut saja, katanya upaya menyatukan sikap personil untuk disiplin. Lalu pengadaan content berupa berita, artikel dan foto. Ketidakpatuhan soal deadline yang sangat enteng "sengaja dilanggar". Berikutnya dukungan dana untuk cetak, terutama (maaf) dari biro rektor dan soal distribusi yang dijual kurang laku karena sebagian besar mahasiswa ingin gratis.
Kedua, kondisi yang tergolong menggembirakan. Seumpanya sejumlah aktivis pers mahasiswa yang penuh semangat "belajar" menjadi jurnalis. Mungkin berbakat atau cuma coba-coba, tetapi mereka menjalani suatu peroses. Ada pembelajaran, ada pengalaman dan ada kepemimpinan (leadership). "Itu kenyataan, yang mereka petik, satu dua menjadi jurnalis sungguhan di luar kampus. Itulah sisi-sisi kontradiktif. Anda boleh baca apa yang mereka utarakan dalam 16 tulisan di buku Memoar Teropong. Itu yang tersurat dan juga yang tersirat!,"katanya.
Menuju kedewasaan
Lalu, lanjut War Djamil bagaimana "menuju kedewasaan pers mahasiswa". Tak perlu membandingkan dengan pers mahasiswa tempo hari. Sebab, kini kemajuan Iptek sangat luar biasa. Perubahan nilai-nilai di kampus juga sangat signifikan. Perubahan prilaku dan pemikiran kalangan intelektual begitu pesat. "Kini, mestinya ada sebuah perubahan paradigma. Mestinya pola penanganan dan kehidupan pers mahasiswa menjadi lebih solid. Eksistensinya tidak seperti "sabut di tengah laut" (diombang ambing tidak menentu. Memang tak tenggelam, tetapi cuma terapung)," ungkapnya.
War Djamil menegaskan kini pers mahasiswa harus maju dan berkembang. Indikator utama, terbit tepat waktu dengan sajian tampil bedah, berciri kampus. Jika seenaknya itu bermakna kredibilitas dan integritas pengelolaan belum teruji. "Jangan lupa, pers mahasiswa masih dijadikan wadah diklat jurnalisti bagi mahasiswa. Itu boleh-boleh saja, tetapi penerbitan pers mahasiswa mestinya dapat diandalkan dan memberikan kontribusi positif bagi kampus. Untuk itu, jurnalis kampus sebaiknya memahami etika profesi dengan mendalami UU Pers dan Kode Etik Jurnalistik (KEJ). Sebab pers mahasiswa tak terlepas dari profesi dimaksud karena di situ ada label "pers","ungkapnya.
Sementara Hasan Albana menilai, buku Memoar Teropong sangat luar biasa. Dari sekian nama pers mahasiswa yang diteliti nama Teropong yang paling bagus karena tidak ada embel-embel indentitas kampus. Dia menilai buku yang diterbitkan harusnya masih bisa ditingkatkan karena penulis-penulis merupakan orang hebat. Hasan Albana menyarankan perlu koreksi yanglebih baik salah satunya soal singkatan yang harusnya dikurangi.
Kerjasama
Sebelumnya, Walikota Medan diwakili Kadis Pendidikan Medan, Drs Hasan Basri,MM mengatakan buku Memoar Teropong mengisahkan tentang adanya suatu proses dalam kehidupan. Proses itulah yang ditulis apik16 penulis yang dulunya merupakan aktivis pers kampus.
"Saya berharap adanya kerjasama yang bisa dijalin dengan Dinas Pendidikan Kota Medan khususnya peningkatan bakat tulis menulis karena saat ini siswa-siswa juga sudah berbakat dengan dunia ini,"katanya.
Ketua IPI Sumut, dr Sofyan Tan mengaku bangga dengan terbitnya buku Memoar Teropong karena menambah khazanah bacaan yang saat ini minat baca mulai memudar. "Kehadiran buku ini diharapkan bisa meningkatkan minat baca dan mendukung gerakan sejuta buku,"ucapnya.
Menurut Ketua Format, M Arifin S Pd M Pd buku ini merupakan fondasi sejarah pers mahasiswa (Persma) yang ada di UMSU. "Pertama buku ini adalah fondasi sejarah Persma di UMSU. Buku ini juga wadah kreatifitas Teropong dan alumninya mengasah skill untuk menulis sehingga kedepan menjadi handal," tuturnya.
Buku yang ditulis 16 orang alumni Teropong selanjutnya disumbangkan ke Perpustakaan UMSU, TBM Mas Raden,TBM Kreatif. Perpustakaan SMAN 3 Medan, Perpustakaan Al Ulum Jalan Tuasan, dan Ketua IPI Sumut.Penyerahan buku dilakukan Ketua Format bersama Kadis Pendidikan Kota Medan, Drs Hasan Basri, MM.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar